Selasa, 19 November 2013

Proposal PTK

PROPOSAL
PENELITIAN TINDAKAN KELAS




JUDUL
UPAYA MENINGKATKAN HASIL Belajar MATEMATIKA melalui METODE TUTOR SEBAYA pada SISWA KELAS V SDN BABAKAN 04 kecamatan cileungsi





Oleh
PARLINA SUSI SISWANTI
0901045317





PROGRAM STUDI PGSD
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UHAMKA

Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Matematika melalui Metode Tutor Sebaya Pada Siswa Kelas V SDN Babakan 04 Kecamatan Cileungsi


Mata pelajaran yang saya ambil adalah Matematika, bidang kajian Pecahan, kelas V Sekolah Dasar semester 2.

















BAB I
PENDAHULUAN

A.       Latar Belakang Masalah
Keberhasilan belajar dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor baik dari dalam (internal) maupun dari luar (eksternal). Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri siswa yaitu faktor fisiologi dan psikologi. Misalnya motivasi berprestasi dan kemampuan kognitif siswa.  Faktor eksternal yaitu, faktor yang berasal dari luar diri siswa seperti faktor lingkungan , guru, kurikulum, dan model pembelajaran.
Pendidikan matematika merupakan pelajaran yang sangat penting dan signifikan karena hampir seluruh aspek kehidupan menggunakan konsep matematika. Matematika ini sudah diterapkan pada anak usia dini. Konsep matematika telah ditanamkan pada anak didik, dan diterapkan pada setiap kelas, baik SD, SMP maupun SMA sampai perguruan tinggi. Bahkan di TK pun matematika sudah dikenalkan pada anak. Dalam kehidupan sehari-haripun matematika sering digunakan sebagai perhitungan.
Materi yang diberikan di SD kelas 1 tidaklah sama dengan materi yang diberikan di SD kelas 2, 3, 4, 5, dan 6. Pada anak SD konsep pembelajaran matematika yang nantinya akan digunakan sebagai bekal di masa depan, dalam prosesnya, masih banyak siswa yang kurang memahami materi yang disampaikan guru, ada kalanya siswa akan lebih terbuka pada teman sebayanya. Tutor sebaya adalah salah satu metode yang mendukung kerja sama siswa dengan teman sejawatnya. Pengertian tutor sebaya adalah seorang siswa pandai yang membantu belajar siswa lainnya dalam tingkat kelas yang sama. Di sisi lain yang menjadikan matematika dianggap siswa sebagai pelajaran yang sulit adalah dalam pembahasaannya. Dalam hal tertentu siswa lebih paham dengan bahasa teman sebayanya daripada bahasa guru. Itulah sebabnya pembelajaran tutor sebaya diterapkan dalam proses pembelajaran matematika. Satu siswa yang pintar, bisa saja kita kelompokkan bersama siswa yang sedang dan lemah, yang disebut dengan kelompok sebaya. Kalau kita definisikan, maka secara singkat kelompok sebaya terdiri dari individu yang memiliki kemampuan tinggi, sedang dan lemah yang rata-rata usianya hampir sama. Tutor (siswa yang pintar) ini memiliki tugas untuk membantu teman yang kesulitan dalam pelajaran.
Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti berminat meneliti tentang Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Matematika melalui Metode Tutor Sebaya Pada Siswa Kelas V SDN Babakan 04 Kecamatan Cileungsi

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah di uraikan di atas maka terdapat beberapa permasalahan yang terjadi dalam pembelajaran Matematika
  1. Siswa masih sulit dalam mengubah pecahan ke pecahan decimal maupun sebaliknya
  2. Siswa masih sulit dalam mengubah pecahan ke persen maupun sebaliknya
  3. Upaya guru yang dilakukan untuk meningkatkan hasil belajar belum maksimal
  4. Siswa merasa takut atau malu bila diminta untuk bertanya mengenai hal yang belum dipahami

A.       Pembatasan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah sebagaimana yang telah diuraikan, masalah ini dibatasi menjadi “ Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Matematika melalui Metode Tutor Sebaya Pada Siswa Kelas V SDN Babakan 04 Kecamatan Cileungsi “.

B.       Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah  bagaimana yang telah diuraikan permasalahan dapat dirumuskan adalah  “Bagaimana metode tutor sebaya dapat meningkatkan hasil belajar matematika kelas V SD ?”  

C.     Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini untuk dapat meningkatkan pemahaman dan hasil belajar siswa pada  pembelajaran matematika Siswa Kelas V di SDN Babakan 04 Kecamatan Cileungsi Kabupaten Bogor .

D.     Manfaat Penelitian
Secara praktis, hasil penelitian ini akan bermanfaat sebagai berikut :
1.      Bagi siswa, penelitian ini menjadi motivasi proses pembelajaran matematika yang menyenangkan, sehingga dapat mengembangkan sikap, minat, bakat dan memacu siswa kemampuannya dalam keterampilan berhitung.
2.      Bagi guru, yaitu sebagai bahan informasi untuk mengembangkan kemampuan berhitungnya. Guru diharapkan lebih bisa menggunakan media yang sesuai dengan masalah yang dihadapi dalam proses pembelajaran sehari-hari.
3.      Bagi sekolah, penelitian ini sebagai bahan acuan dan perbandingan dalam mengembangkan penggunaan media, untuk mencapai tujuan intruksional yang sesuai dengan kurikulum nasional.




BAB II
KAJIAN TEORI

A.      Kajian Teori Tentang Masalah Yang Dipecahkan
1.      Hasil Belajar
Abdurrahman Saleh mengatakan bahwa hasil belajar ialah hasil yangdi capai siswa dari mempelajari tingkat penguasaan ilmu pengetahuan tertentu dengan alat ukur berupa evaluasi yang di nyatakan dalam bentuk angka,huruf, kata, atau simbol (www.sekolah-online.net).Dari pernyataan di atas hasil belajar itu ialah prestasi dari sebuahkegiatan belajar disekolah yang terdiri dari belajar beragam, termasuk bahwa belajar yang telah terhimpun dalam buku-buku pelajaran matematika. Makadapat di simpulkan bahwa hasil belajar ialah prestasi dari suatu kegiatan yangtelah dikerjakan, di ciptakan, baik secara individu maupun kelompok.
Horward Kingsley mengemukakan bahwa : Hasil belajar, adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya dengan membagi tiga macam hasil belajar, yakni :
(a)    keterampilan dan kebiasaan, (b) pengetahuan dan pengertian, (c) sikap dan cita-cita.[1]
Dimyati dan mudjiono, mengungkapkan bahwa hasil belajar dapat dibedakan menjadi dampak pengajaran dan dampak pengiringan.[2]
Sedangkan Winkel mengungkapkan bahwa hasil belajar adalah perubahan yang mengakibatkan manusia berubah dalam sikap dan tingkah lakunya.[3]
Jadi, berdasarkan pendapat para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa baik dalam segi kognitif, afektif dan psikomotornya dengan segala perubahan sikap dan tingkah lakunya dalam mencapai tujuan pendidikan agar efektif dan efisien.
Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya (Sudjana, 2004 : 22). Sedangkan menurut Horwart Kingsley dalam bukunya Sudjana membagi tiga macam hasil belajar mengajar : (1). Keterampilan dan kebiasaan, (2). Pengetahuan dan pengarahan, (3). Sikap dan cita-cita (Sudjana, 2004 : 22).
Hasil belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh dua faktor yakni faktor dari dalam diri siswa dan faktor dari luar diri siswa (Sudjana, 1989 : 39). Dari pendapat ini faktor yang dimaksud adalah faktor dalam diri siswa perubahan kemampuan yang dimilikinya seperti yang dikemukakan oleh Clark (1981 : 21) menyatakan bahwa hasil belajar siswa disekolah 70 % dipengaruhi oleh  kemampuan siswa dan 30 % dipengaruhi oleh lingkungan. Demikian juga faktor dari luar diri siswa yakni lingkungan yang paling dominan berupa kualitas pembelajaran (Sudjana, 2002 : 39).
 "Belajar  adalah suatu perubahan perilaku, akibat interaksi dengan lingkungannya" (Ali Muhammad, 204 : 14). Perubahan perilaku dalam proses belajar terjadi akibat dari interaksi dengan lingkungan. Interaksi biasanya berlangsung secara sengaja. Dengan demikian belajar dikatakan berhasil apabila terjadi perubahan dalam diri individu. Sebaliknya apabila terjadi perubahan dalam diri individu maka belajar tidak dikatakan berhasil.
Hasil belajar siswa dipengaruhi oleh kamampuan siswa dan kualitas pengajaran. Kualitas pengajaran yang dimaksud adalah profesional yang dimiliki oleh guru. Artinya kemampuan dasar guru baik di bidang kognitif (intelektual), bidang sikap (afektif) dan bidang perilaku (psikomotorik).
Dari beberapa pendapat di atas, maka hasil belajar siswa dipengaruhi oleh dua faktor dari dalam individu siswa berupa kemampuan personal (internal) dan faktor dari luar diri siswa yakni lingkungan. Dengan demikian hasil belajar adalah sesuatu yang dicapai atau diperoleh siswa berkat adanya usaha atau fikiran yang mana hal tersebut dinyatakan dalam bentuk penguasaan, pengetahuan dan kecakapan dasar yang terdapat dalam berbagai aspek kehidupa sehingga nampak pada diri indivdu penggunaan penilaian terhadap sikap, pengetahuan dan kecakapan dasar yang terdapat dalam berbagai aspek kehidupan sehingga nampak pada diri individu perubahan tingkah laku secara kuantitatif.[4]

2.      Hakekat Matematika
Pendefinisian matematika sampai saat ini belum ada kesepakatan yang bulat, namun demikian dapat dikenal melalui karakteristiknya. Sedangkan karakteristik matematika dapat dipahami melalui hakekat matematika.
Hudoyo (1979:96) mengemukakan bahwa hakikat matematika berkenan dengan ide-ide, struktur- struktur dan hubungan-hubungannya yang diatur menurut urutan yang logis. Jadi matematika berkenaan dengan konsep-konsep yang abstrak. Selanjutnya dikemukakan bahwa apabila matematika dipandang sebagai struktur dari hubungan-hubungan maka simbol- simbol formal diperlukan untuk membantu memanipulasi aturan-aturan yang beroperasi di dalam struktur-struktur. Sedang Soedjadi (1985:13) berpendapat bahwa simbol-simbol di dalam matematika umumnya masih kosong dari arti sehingga dapat diberi arti sesuai dengan lingkup semestanya.[5]

3.      Belajar Matematika
Matematika Bagi para siswa di sekolah, matematika sangat di butuhkan untuk meningkatkan daya nalar dan melatih diri agar mampu berfikir logis, kritis,sistematis, dan kreatif (G. Polla, 2000).Hakikat belajar matematika di dasarkan pada pandangankonstruktivisme, yakni anak belajar matematika di hadapkan pada masalahtertentu berdasarkan pengetahuan yang di perolehnya ketika belajar dan berusaha memecahkannya (Hamzah B.Uno,2007).Dengan demikian matematika adalah ilmu yang merupakan alat pikir, berkomunikasi alat untuk memecahkan berbagai persoalan praktis yangunsur-unsurnya logika dan intuisi, analisis dan konstruksi, generalisasi danindividualitas, serta mempunyai cabang-cabang antara lain aritmatika, aljabar,geometri, dan analisis.
Soedjadi (2000: 1) mengemukakan bahwa ada beberapa definisi atau pengertian matematika berdasarkan sudut pandang pembuatnya, yaitu sebagai berikut:
a) Matematika adalah cabang ilmu pengetahuan eksak dan terorganisisr secara sistematik
b)
Matematika adalah pengetahuan tentang bilangan dan kalkulasi
c) Matematika adalah pengetahuan tentang penalaran logik dan berhubungan dengan bilangan.
d) Matematika adalah pengetahuan fakta-fakta kuantitatif dan masalah tentang ruang dan bentuk.
e) Matematika adalah pengetahuan tentang struktur-struktur yang logik
f) Matematika adalah pengetahuan tentang aturan-aturan yang ketat.

Meskipun terdapat beraneka ragam definisi matematika, namun jika diperhatikan secara seksama, dapat terlihat adanya ciri-ciri khusus yang dapat merangkum pengertian matematika secara umum. Selanjutnya Soedjadi (2000: 13) mengemukakan beberapa ciri-ciri khusus dari matematika adalah:
a) Memiliki objek kajian yang abstrak
b) Bertumpu pada kesepakatan
c) Berpola pikir deduktif,
d) Memiliki simbol yang kosong dari arti,
e) Memperhatikan semesta pembicaraan,
f) Konsisten dalam sistemnya.

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan dapat dikatakan bahwa hakekat matematika adalah kumpulan ide-ide yang bersifat abstrak, terstruktur dan hubungannya diatur menurut aturan logis berdasarkan pola pikir deduktif.
Belajar matematika tidak ada artinya jika hanya dihafalkan saja. Dia baru mempunyai makna bila dimengerti. Orton (1991: 154) mengemukakan bahwa hendaknya siswa tidak belajar matematika hanya dengan menerima dan menghafalkan saja, tetapi harus belajar secara bermakna, belajar bermakna merupakan suatu cara belajar dengan pengertian dari pada hafalan.
       Soedjadi (1985) menyatakan bahwa untuk menguasai matematika diperlukan cara belajar yang berurutan, setapak demi setapak dan bersinambungan. Hal ini juga sejalan dengan pendapat Hudojo (1988: 4) yang mengatakan bahwa untuk mempelajari matematika haruslah bertahap, berurutan, serta mendasarkan kepada pengalaman belajar yang lalu. Lebih lanjut dikatakan bahwa proses belajar matematika akan terjadi dengan lancar bila belajar itu dilakukan secara kontinu.
        Uraian di atas menunjukkan bahwa belajar matematika memerlukan pengertian dan dalam mempelajari proses pembelajarannya haruslah dilakukan secara bertahap, berurutan dan berkesinambungan.[6]

4.      Pecahan
Pecahan adalah suatu lambang yang memuat pasangan berurutan bilangan-bilangan bulat p dan q (q≠0). P disebut pembilang (numerator) dan q disebut penyebut (denumerator). Ini disebut dengan bilangan rasional. [7]
a.         Persen (%)
     Bilangan Persen (%) sama dengan Pecahan Perseratus / perseratusan
     Contoh :
     25 % sama dengan  sama dengan 0,25


     Mengubah bentuk pecahan Biasa/Desimal menjadi Persen (%)
     a. Mengubah Pecahan biasa menjadi %
         Contoh :  = … %

         Cara I :
          X 100 % = 60 %

         Cara II :
          =  = = 60 %

b.      Mengubah Desimal menjadi %
     Contoh :  0,35 = …. % 
     0,35 merupakan decimal perseratusan (dua angka di belakang koma)
     maka 0,35 =  = 35 %
b.        Pecahan Desimal
Pecahan Desimal adalah  Bilangan Pecahan persepuluhan, perseratusan atau perseribuan…
* Bilangan Desimal persepuluhan dituliskan satu angka di belakang koma
   Contoh : 0,2,   0,3,    0,4 dst
* Bilangan Desimal perseratusan dituliskan dua angka di belakang koma
   Contoh : 0,25,    0,13,   1,25  dst
* Bilangan Desimal perseribuan dituliskan tiga angka di belakang koma
   Contoh :  0,125     0,375       0,625  dst
Mengubah pecahan biasa atau persen menjadi pecahan Desimal
a. Mengubah Pecahan diasa menjadi Desimal
    Contoh :  Bentuk pecahan Desimal dari  = ….
    Jawab : cara I  :  dapat diartikan  2 dibagi 5 ( 2 : 5 )
                                   
                             5        =          5      =  0,4
                                                                     20
                                                                       0
                   cara II :   =  = 0,4

B.       Kajian Teori Dari Tindakan Yang Akan Dilakukan.
1.         Pengertian tutor
Menurut etimologi tutor adalah guru pribadi, mengajar ekstra atau memberi les/pengajaran. Pendidik adalah tenaga kependidikan yang berkualifikasi sebagai guru, dosen, konselor, pamong belajar, widyaiswara, tutor, instruktur, fasilitator dan sebutan lain yang sesuai dengan kekhususannya, serta berpartisipasi dalam menyelenggarakan pendidikan.



2.         Hakekat Tutor Sebaya
Pembelajaran yang berlangsung di dalam kelas merupakan sebuah proses pembimbingan peserta didik dengan memperhatikan tingkat perkembangan siswa, mengingat kecepatan perkembangan mereka tidaklah sama.
Tutor sebaya adalah seorang atau beberapa orang murid yang ditunjuk dan ditugaskan untuk membantu murid-murid tertentu yang mengalami kesulitan belajar. Bantuan yang diberikan oleh teman sebaya pada umumnya dapat memberikan hasil yang lebih baik. Hubungan antara murid terasa lebih dekat dibandingkan dengan hubungan antara murid dengan guru (Moh. Surya , 1985)
M. Sobri Sutikno (2007) mengatakan bahwa untuk mencapai hasil belajar yang optimal, dianjurkan agar pendidik membiasakan diri menggunakan komunikasi banyak arah atau komunikasi sebagai transaksi, yakni komunikasi yang tidak hanya melibatkan interaksi dinamisantara pendidik dengan siswa melainkan juga melibatkan komunikasi antara siswa dengan siswa lainnya.
Kuswaya Wihardit (dalam Anonim, 2010) menuliskan bahwa: Pengertian tutor sebaya adalah seorang siswa pandai yang membantu belajar siswa lainnya dalam tingkat kelas yang sama. Di sisi lain yang menjadikan matematika dianggap siswa sebagaipelajaran yang sulit adalah dalam pembahasaannya. Dalam hal tertentu siswa lebih paham dengan bahasa teman sebayanya daripada bahasa guru. Itulah sebabnya pembelajaran tutor sebaya diterapkan dalam proses pembelajaran matematika.
Sedangkan Arikunto (dalam Nurhayati, 2010) menyatakan bahwa: “tutor sebaya adalah seseorang atau beberapa orang siswa yang ditunjuk oleh guru sebagai pembantu guru dalam melakukan bimbingan terhadap kawan sekelas”.
Sedangkan Hisyam Zaini (dalam Anonim, 2010) menyatakan bahwa: Metode belajar yang paling baik adalah dengan mengajarkan kepada orang lain. Oleh karena itu, pemilihan model pembelajaran tutor sebaya sebagai strategi pembelajaran akan sangat membantu siswa di dalam mengajarkan materi kepada teman-temannya.
Dedi Supriyadi mengemukakan, bahwa tutor sebaya adalah seorang atau beberapa orang siswa  yang ditunjuk dan ditugaskan untuk membantu siswa yang mengalami kesulitan belajar.[8]
Nasution (1992) berpendapat bahwa bantuan tutor, adalah orang  yang dapat membantu murid secara individual. Menurut Ischak dan Warji  (1987) tutor sebaya artinya siswa yang mengalami kesulitan belajar diberi bantuan oleh teman-teman mereka sekelas yang punya umur sebaya dengan dia.
Tutor sebaya adalah seorang teman atau beberapa orang siswa yang ditunjuk oleh guru (sesuai kriteria menjadi tutor sebaya) dan ditugaskan untuk membantu siswa yang mengalami kesulitan belajar. Pengajaran dengan tutor sebaya adalah kegiatan belajar siswa dengan memanfaatkan  teman sekelas yang mempunyai kemampuan lebih untuk membantu temannya dalam melaksanakan suatu kegiatan atau memahami suatu konsep.[9]
       Berdasarkan definisi tentang tutor sebaya di atas, maka dapat disimpulkan bahwa istilah tutor sebaya yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu bagaimana mengoptimalkan kemampuan siswa yang berprestasi dalam satu kelas untuk mengajarkan atau menularkan kepada teman sebaya mereka yang kurang berprestasi. Sehingga siswa yang kurang berprestasi bisa mengatasi ketertinggalan. Pembimbingan dalam pelajaran yang diberikan oleh seorang siswa kepada siswa lain, sedangkan mereka (antara pembimbing dan yang dibimbing) adalah teman sekelas atau teman sebangku yang usianya relatif sama, dan siswa yang kurang paham bisa bertanya langsung kepada teman sebangkunya (tutor yang di tunjuk) sehingga kondisi kelas pun bisa hidup karena siswa tidak malu bertanya ketika mereka tidak paham.
3.         Penentuan Tutor
Cara menyiapkan tutor sebaya menurut Suparno yaitu: 
a)        Guru memberikan petunjuk pada tutor bagaimana mendekati temannya dalam hal memahami materi.
b)        Guru menyampaikan pesan kepada tutor-tutor agar tidak selalu membimbing teman yang sama.
c)        Guru membantu agar semua siswa dapat menjadi tutor sehingga mereka merasa dapat membantu teman belajar.
d)       Tutor sebaiknya bekerja dalam kelompok kecil, campuran siswa berbagai kemampuan (heterogen) akan lebih baik.
e)        Guru memonitoring terus kapan tutor maupun siswa yang lain membutuhkan pertolongan.
f)         Guru memonitoring tutor sebaya dengan berkunjung dan menanyakan kesulitan yang dihadapi setiap kelompok pada saat mereka diskusi di kelas maupun praktikum.
g)        Tutor tidak mengetes temannya untuk grade, biarkan hal ini dilakukan guru.

Arikunto mengemukakan bahwa dalam memilih tutor perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut:
a)      Tutor dapat diterima (disetujui) oleh mayoritas siswa sehingga siswa tidak mempunyai rasa takut atau enggan untuk bertanya kepadanya.
b)      Tutor dapat menerangkan bahan yang akan diajarkan yang dibutuhkan oleh siswa yang lain dalam kegiatan belajar mengajar.
c)      Tutor tidak tinggi hati, kejam atau keras hati terhadap sesama kawan.
d)     Tutor mempunyai daya kreativitas yang cukup untuk memberikan bimbingan, yaitu dapat menerangkan pelajaran kepada kawannya.


Djamarah (2006:25) menerangkan bahwa untuk menentukan siapa yang akan dijadikan tutor diperlukan pertimbangan-pertimbangan sendiri, diantaranya adalah:
a)         Memiliki kepandaian lebih unggul dari pada yang lain.
b)        Memiliki kecakapan dalam menerima pelajaran yang disampaikan oleh guru.
c)         Mempunyai kesadaran untuk membantu teman lain.
d)        Dapat menerima dan disenangi siswa yang mendapat program tutor sebaya, sehingga siswa tidak mempunyai rasa takut atau enggan untuk bertanya kepada yang pandai dan rajin.
e)         Tidak tinggi hati, kejam, atau keras hati terhadap sesama kawan.
f)         Mempunyai daya kreativitas yang cukup untuk memberikan bimbingan atau yaitu dapat menerangkan kepada kawannya.

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pemilihan tutor sebaya diperlukan pertimbangan-pertimbangan yaitu: memiliki kepandaian yang lebih ungngul dari teman-temanya, tidak tinggi hati, kejam atau keras hati terhadap sesama kawan, memiliki kecakapan dalam menerima pelajaran, dan mempunyai kreativitas dalam membimbing dan menerangkan materi pelajaran kepada kawannya.

4.         Kelebihan dan Kekurangan Tutor Sebaya
Menurut Suryono dan Amin (dalam Djamarah, 2006:35) menyatakan ada beberapa kelebihan dan kelemahan bimbingan tutor sebaya antara lain :
Adapun kelebihan bimbingan tutor sebaya adalah sebagai berikut :
a)        Adanya suasana hubungan yang lebih akrab dan dekat antara siswa yang dibantu dengan siswa sebagai tutor yang membantu.
b)        Bagi tutor sendiri kegiatannya merupakan pengayaan dan menambah motivasi belajar.
c)        Bersifat efisien, artinya bisa lebih banyak yang dibantu.
d)       Dapat meningkatkan rasa tanggung jawab akan kepercayaan.



Adapun kelemahan bimbingan tutor sebaya adalah sebagai berikut :
a)        Siswa yang dipilih sebagai tutor sebaya dan berprestasi baik belum tentu mempunyai hubungan baik dengan siswa yang dibantu.
b)        Siswa yang dipilih sebagai tutor sebaya belum tentu bisa menyampaikan materi dengan baik.

Seperti yang dikemukakan Arikunto (1995) berikut ini :
a. Keunggulan dari tutor sebaya:
a)        Adakalanya hasilnya lebih baik bagi beberapa siswa yang mempunyai perasaan takut atau enggan kepada gurunya.
b)        Bagi tutor pekerjaan tutoring akan dapat memperkuat konsep yang sedang dibahas.
c)        Bagi tutor merupakan kesempatan untuk melatih diri memegang tanggung jawab dalam mengemban suatu tugas dan melatih kesabaran.
d)       Mempererat hubungan antar siswa sehingga mempertebal perasaan sosial. 
b. Kekurangan dari tutor sebaya:
a.    Siswa yang dibantu seringkali belajar kurang serius karena hanya berhadapan dengan temannya sendiri sehingga hasilnya kurang memuaskan.
b)   Ada beberapa orang siswa yang merasa malu atau enggan untuk bertanya karena takut kelemahannya diketahui oleh temannya.
c)    Pada kelas-kelas tertentu pekerjaan tutoring ini sukar dilaksanakan  karena perbedaan jenis kelamin antara tutor dengan siswa yang diberi program perbaikan.
d)   Bagi guru sukar untuk menentukan seorang tutor sebaya karena tidak semua siswa yang pandai dapat mengajarkannya kembali kepada teman-temannya.

Menurut Suparno beberapa studi menemukan keuntungan dengan  tutor sebaya antara lain:
a)    Tutor sebaya menghilangkan ketakutan yang sering disebabkan oleh perbedaan umur, status, dan latar belakang antara siswa dengan guru. Antara siswa biasanya mudah kerja sama dan komunikasi.
b)   Si tutor sendiri akan mendapatkan pengertian lebih dalam dan juga menaikkan harga dirinya karena mampu membantu teman.
c)    Tutor teman dapat sabar terhadap siswa yang lamban dalam belajar.
d)   Pelajaran dengan tutor sebaya cukup  efektif daripada pelajaran biasa karena siswa yang lemah akan dibantu tepat pada kekurangannya
e)    Siswa yang lemah dapat terus terang memberi tahu tutornya mana yang belum jelas, tanpa malu-malu. Kekurangan tutor sebaya dalam pendidikan yaitu dalam penerapan tutor sebaya, tidak semua siswa bisa menjawab pertanyaan teman sebayanya sehingga siswapun bingung, dan tidak semua siswa mau belajar bersama temannya.

C.      Kerangka Berpikir
       Metode tutor sebaya adalah proses pembelajaran partisipatif dalam kelompok-kelompok kecil dengan fasilitator melibatkan teman sejawat yang memiliki criteria tertentu, sehingga siswa merasa lebih senang dan terjadi kontruksi pengetahuan yang lebih kuat di antara mereka.
       Metode ini tepat digunakan pada mata pelajaran matematika, karena pembelajaran matematika adalah sebuah proses kerja mengkonstruksi pengetahuan siswa, agar mereka mampu berpikir logis dan kreatif. Proses ini memerlukan interaksi siswa dengan sumber belajar, satu di antara sumber belajar tersebut adalah teman sejawat yang dianggap memiliki pengetahuan dan kemampuan lebih.
       Metode tutor sebaya juga dapat merangsang partisipasi siswa dalam pembelajaran, sehingga aktivitas dan kemampuan siswa dalam menyampaikan gagasan atau pendapat dalam proses pembahasan materi ajar atau konsep semakin bermakna.
D.      Hipotesis Penelitian
Berdasarkan pada kajian teori dan kerangka berpikir yang ada maka dirumuskan hipotesis sebagai berikut : “ Melalui Metode Tutor Sebaya dapat meningkatkan hasil belajar Matematika  pada siswa  Kelas V SDN Babakan 04 Kecamatan Cileungsi “.






      [1] DR. Nana Sudjana. Penilaian hasil Proses Belajar mengajar. Bandung : Rosdakarya . 2008. hlm 22           
      [2] Dimyati Mudjiono.Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Rineka Cipta. 2009. hlm 4
      [3] Purwanto Endari. Hasil Belajar. Surakarta: Publik publisher. 2010. hlm 4

[7] ut
[8] Suherman, E., Turmudi, Didi Suryadi, Tatang Herman, Suhendar, Sufyani Prabawanto, Nurjanah, Ade Rohayati.. Strategi Pembelajaran Matematika Kotemporer. Bandung: JICA. 2003.hlm 276 24
[9] Winataputra, Udin S.. Pendekatan Pembelajaran Kelas Rangkap. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1999.hlm.380

Tidak ada komentar:

Posting Komentar