a.
Penggunaan Humor di
dalam Kelas
Whisonant mengemukakan :
Humor has also been
used in education. Teachers and educators of all levels and disciplines have
praised the ability of humor to aid the learning process, to help students’
understanding of key points, and to relax students in moments of anxiety and
increased tension. The benefits of humor have been made obvious to them by a
variety of personal accounts and descriptions.[1]
Banyak orang yang meragukan
keefektifan humor dalam pendidikan dan proses pembelajaran, namun karya-karya
ilmiah mengenai keefektifan humor membuktikan bahwa hasilnya jauh dari
keraguan. Stopsky dalam bukunya Humor in
the Classroom : A New Approach to Critical Thinking, mengemukakan bahwa
humor adalah komponen penting dalam meningkatkan pemikiran kritis pada siswa.[2]
Humor
dapat menghindarkan seseorang dari rasa bosan berlebihan. Cooper dan Swaf
menyatakan bahwa humor seorang guru mendorong anak-anak untuk selalu ceria dan
gembira serta tidak akan lekas merasa bosan atau lelah. Oleh karena itu menurut
Staton, ketika suasana kebosanan sudah mulai tampak di dalam kelas, hendaknya
guru segera berupaya untuk mengembalikannya ke suasana yang menyenangkan dan
rileks.[3]
Sukadi
menjelaskan bahwa pembelajaran tanpa humor akan terasa menegangkan.
Pembelajaran tanpa sesekali diselingi humor akan membuat siswa cepat jenuh.
Para siswa tidak menyukai guru yang pembelajarannya terlalu monoton.
Guru
yang tidak dapat mengembangkan humor pada umumnya akan dianggap menjenuhkan
oleh para siswa. Humor dalam konteks pembelajaran ini tentu saja adalah humor
yang mendidik (edukatif), dan terkendali.
b.
Saran dalam Penggunaan Humor di
dalam Kelas
Partin
mengemukakan beberapa saran dalam menggunakan humor di dalam kelas, saran-saran
tersebut adalah : [4]
1.
Gunakan alat peraga, misalnya
menggunakan topi, topeng, atau subjek-subjek yang tidak biasa. Hal ini dapat
memberikan sentuhan humor terhadap subjek atau pelajaran yang serius.
2.
Gunakan suara-suara unik dan
lucu untuk memberitahu siswa agar tenang dan memperhatikan guru.
3.
Beberapa guru menunjukan rasa
humornya lewat pakaian dan aksesoris yang mereka gunakan. Berwarna-warni, dasi
yang lucu, selendang yang unik, kaus kaki, dan memperlihatkannya dengan jelas
kepada siswa.
4.
Membuat kumpulan-kumpulan
cerita pendek dan anekdot yang menggambarkan berbagai aspek dari subjek atau
pelajaran yang mereka ajarkan, juga beberapa dongeng yang menarik, diceritakan
dengan sedikit bumbu, dengan bahasa tubuh yang hidup, atau diberi alur cerita
yang mengejutkan.
5.
Jangan memberikan lelucon jika
merasa belum ahli dalam hal itu, latihlah bagaimana cara menceritakan lelucon.
Jika menggunakan lelucon, pastikan subjek lelucon tersebut berkaitan dengan
materi yang sedang diajarkan.
6.
Dalam setiap kelas, pasti
terdapat siswa yang bersifat humoris dan spontan. Guru dapat memanfaatkan siswa
seperti ini sebagai pelawak amatir untuk membantu menciptakan suasana humor di
dalam kelas. Namun anak dengan tipe seperti ini biasanya senang menjadi pusat
perhatian. Oleh karena itu, berhati-hatilah agar tidak mengganggu atau
berlebihan.
Banyak
manfaat yang dapat dipetik dari kebiasaan humor ini, diantaranya:
1.
Pembelajaran menjadi lebih
bervariasi dan nuansanya hidup,
2.
Ketegangan saat pembelajaran
dapat dikurangi,
3.
Menciptakan komunikasi yang
familiar,
4.
Meregangkan syarat-syarat yang
tegang, sehingga menjadi lebih rileks, dan
5.
Menciptakan daya tarik
pembelajaran.
Guru
yang enggan membuka dirinya atau tidak termotivasi untuk terus belajar, tidak
akan bisa menambah kemampuan humorisnya. Efek dari itu semua, pembelajaran yang
dilangsungkan oleh guru akan menjenuhkan, tidak menarik, bahkan membuat siswa
sulit untuk memahami apa yang disampaikan oleh gurunya.[5]
Meski
tidak banyak guru yang memiliki selera humor yang bagus, namun untuk menjadi
guru favorit, guru harus belajar agar selera humornya terasah dengan baik.
sehingga dapat digunakan untuk menyenangkan siswa. Kesan humoris juga dapat
ditunjukkan dengan selalu murah senyum terhadap siswa. Sebaliknya, guru yang
jarang sekali kelihatan tersenyum oleh siswanya akan menyebabkan mereka kaku
saat berinteraksi dengan guru.[6]
1.
Pengaruh Sense of Humor
Terhadap Motivasi Belajar
Pada dasarnya manusia menyukai cerita dan
humor, maka dalam komunikasi pendidikan, khususnya komunikasi di dalam kelas,
pelajaran yang diberikan guru akan efektif bila diselingi dengan humor tanpa
mengurangi substansi pelajaran tersebut.[7]
Guru selalu dituntut untuk menjadi entertaint sejati untuk selalu
menampilkan perannya yang baik, bila ingin disukai oleh siswanya, dan tujuan
pembelajaran dapat tersampaikan dengan efektif. Salah satu modal yang paling
sederhana untuk meraih simpati siswa adalah memiliki sense of humor. Yang dinamakan sense
of humor adalah kemampuan untuk menghubungkan sesuatu hal dengan
kesenangan, tertawa, bercanda dan sebagainya.
Melalui sense
of humor guru sangat mudah untuk berinteraksi, lebih imajinatif, dan
terbuka. Sehingga guru yang memiliki sense
of humor selalu disenangi siswa dan ditunggu kelakarnya, setidaknya dapat
meningkatkan motivasi siswa untuk belajar, karena pembelajaran dirasakan sangat
menyenangkan.
Motivasi belajar merupakan keseluruhan daya
penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, menjamin
kelangsungan kegiatan belajar dan memberikan arah pada kegiatan belajar itu
demi mencapai tujuan pembelajaran yang dikehendaki. Salah satu cara untuk
membangkitkan motivasi belajar siswa adalah melalui penyampaian materi yang
dapat menarik perhatian siswa. Dua orang guru yang sama-sama menggunakan metode
ceramah, namun akan sangat berbeda dalam taktik yang digunakan. Dalam
penyajiannya, mungkin yang satu cenderung banyak diselingi dengan humor, karena
memang ia mempunyai sense of humor yang
tinggi. Sementara yang satunya kurang memiliki sense of humor, maka pembelajaran akan memperoleh hasil yang
berbeda.[8]
Dengan demikian, maka salah satu faktor yang
menyebabkan motivasi belajar siswa menurun adalah karena kesalahan guru dalam
menyampaikan pelajarannya tidak menarik. Melalui kemampuan sense of humor yang dimiliki oleh guru maka motivasi belajar akan
terdongkrak, dan tujuan pembelajaran dapat disampaikan dengan efektif.[9]
[1] Whisonant. The Effect of
Humor on Cognitive Learning in a Computer Based Environment. A
dissertation. 1998. Hlmn. 1
[2] Ibid. hlmn. 10
[3] Darmansyah. Op. Cit. hlmn. 78
[4] Ronald I. Partin. Kiat Nyaman
Mengajar di dalam Kelas Edisi 3. Jakarta:Indeks. 2012. Hlmn. 210
[5] Rudiana. Genius Teaching 9 Karakter Guru Menyenangkan
Berbasis Ramah Otak. Bandung : CV. Smile’s Indonesia Institute. 2012. Hlmn.
122-128
[6] Salman Rusydie. Tuntunan
menjadi Guru Favorit. Jakarta : FlashBook. 2012.Hlmn. 22
[7] Deddy Mulyana. Op Cit. hlmn. 72
[8] Moh. Sholeh Hamid. Metode
Edutainment. Jogjakarta : Diva Press. 2011.Hlmn. 23-24
[9] Iwan Rudi Setiawan. Sense
of Humor Guru, Membangkitkan Motivasi
Belajar. Bogor : Karya Kita Offset. 2011. Hlmn. 12-13
Tidak ada komentar:
Posting Komentar