Jumat, 04 April 2014

Guru dan Sense of Humor



a.       Penggunaan Humor di dalam Kelas
Whisonant mengemukakan :

Humor has also been used in education. Teachers and educators of all levels and disciplines have praised the ability of humor to aid the learning process, to help students’ understanding of key points, and to relax students in moments of anxiety and increased tension. The benefits of humor have been made obvious to them by a variety of personal accounts and descriptions.[1]

Banyak orang yang meragukan keefektifan humor dalam pendidikan dan proses pembelajaran, namun karya-karya ilmiah mengenai keefektifan humor membuktikan bahwa hasilnya jauh dari keraguan. Stopsky dalam bukunya Humor in the Classroom : A New Approach to Critical Thinking, mengemukakan bahwa humor adalah komponen penting dalam meningkatkan pemikiran kritis pada siswa.[2]
Humor dapat menghindarkan seseorang dari rasa bosan berlebihan. Cooper dan Swaf menyatakan bahwa humor seorang guru mendorong anak-anak untuk selalu ceria dan gembira serta tidak akan lekas merasa bosan atau lelah. Oleh karena itu menurut Staton, ketika suasana kebosanan sudah mulai tampak di dalam kelas, hendaknya guru segera berupaya untuk mengembalikannya ke suasana yang menyenangkan dan rileks.[3]
Sukadi menjelaskan bahwa pembelajaran tanpa humor akan terasa menegangkan. Pembelajaran tanpa sesekali diselingi humor akan membuat siswa cepat jenuh. Para siswa tidak menyukai guru yang pembelajarannya terlalu monoton.
Guru yang tidak dapat mengembangkan humor pada umumnya akan dianggap menjenuhkan oleh para siswa. Humor dalam konteks pembelajaran ini tentu saja adalah humor yang mendidik (edukatif), dan terkendali.

b.      Saran dalam Penggunaan Humor di dalam Kelas
Partin mengemukakan beberapa saran dalam menggunakan humor di dalam kelas, saran-saran tersebut adalah : [4]
1.     Gunakan alat peraga, misalnya menggunakan topi, topeng, atau subjek-subjek yang tidak biasa. Hal ini dapat memberikan sentuhan humor terhadap subjek atau pelajaran yang serius.
2.     Gunakan suara-suara unik dan lucu untuk memberitahu siswa agar tenang dan memperhatikan guru.
3.     Beberapa guru menunjukan rasa humornya lewat pakaian dan aksesoris yang mereka gunakan. Berwarna-warni, dasi yang lucu, selendang yang unik, kaus kaki, dan memperlihatkannya dengan jelas kepada siswa.
4.     Membuat kumpulan-kumpulan cerita pendek dan anekdot yang menggambarkan berbagai aspek dari subjek atau pelajaran yang mereka ajarkan, juga beberapa dongeng yang menarik, diceritakan dengan sedikit bumbu, dengan bahasa tubuh yang hidup, atau diberi alur cerita yang mengejutkan.
5.     Jangan memberikan lelucon jika merasa belum ahli dalam hal itu, latihlah bagaimana cara menceritakan lelucon. Jika menggunakan lelucon, pastikan subjek lelucon tersebut berkaitan dengan materi yang sedang diajarkan.
6.     Dalam setiap kelas, pasti terdapat siswa yang bersifat humoris dan spontan. Guru dapat memanfaatkan siswa seperti ini sebagai pelawak amatir untuk membantu menciptakan suasana humor di dalam kelas. Namun anak dengan tipe seperti ini biasanya senang menjadi pusat perhatian. Oleh karena itu, berhati-hatilah agar tidak mengganggu atau berlebihan.
Banyak manfaat yang dapat dipetik dari kebiasaan humor ini, diantaranya:
1.       Pembelajaran menjadi lebih bervariasi dan nuansanya hidup,
2.       Ketegangan saat pembelajaran dapat dikurangi,
3.       Menciptakan komunikasi yang familiar,
4.       Meregangkan syarat-syarat yang tegang, sehingga menjadi lebih rileks, dan
5.       Menciptakan daya tarik pembelajaran.
Guru yang enggan membuka dirinya atau tidak termotivasi untuk terus belajar, tidak akan bisa menambah kemampuan humorisnya. Efek dari itu semua, pembelajaran yang dilangsungkan oleh guru akan menjenuhkan, tidak menarik, bahkan membuat siswa sulit untuk memahami apa yang disampaikan oleh gurunya.[5]
Meski tidak banyak guru yang memiliki selera humor yang bagus, namun untuk menjadi guru favorit, guru harus belajar agar selera humornya terasah dengan baik. sehingga dapat digunakan untuk menyenangkan siswa. Kesan humoris juga dapat ditunjukkan dengan selalu murah senyum terhadap siswa. Sebaliknya, guru yang jarang sekali kelihatan tersenyum oleh siswanya akan menyebabkan mereka kaku saat berinteraksi dengan guru.[6]

1.          Pengaruh Sense of Humor Terhadap Motivasi Belajar
Pada dasarnya manusia menyukai cerita dan humor, maka dalam komunikasi pendidikan, khususnya komunikasi di dalam kelas, pelajaran yang diberikan guru akan efektif bila diselingi dengan humor tanpa mengurangi substansi pelajaran tersebut.[7]
Guru selalu dituntut untuk menjadi entertaint sejati untuk selalu menampilkan perannya yang baik, bila ingin disukai oleh siswanya, dan tujuan pembelajaran dapat tersampaikan dengan efektif. Salah satu modal yang paling sederhana untuk meraih simpati siswa adalah memiliki sense of humor. Yang dinamakan sense of humor adalah kemampuan untuk menghubungkan sesuatu hal dengan kesenangan, tertawa, bercanda dan sebagainya.
Melalui sense of humor guru sangat mudah untuk berinteraksi, lebih imajinatif, dan terbuka. Sehingga guru yang memiliki sense of humor selalu disenangi siswa dan ditunggu kelakarnya, setidaknya dapat meningkatkan motivasi siswa untuk belajar, karena pembelajaran dirasakan sangat menyenangkan.
Motivasi belajar merupakan keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, menjamin kelangsungan kegiatan belajar dan memberikan arah pada kegiatan belajar itu demi mencapai tujuan pembelajaran yang dikehendaki. Salah satu cara untuk membangkitkan motivasi belajar siswa adalah melalui penyampaian materi yang dapat menarik perhatian siswa. Dua orang guru yang sama-sama menggunakan metode ceramah, namun akan sangat berbeda dalam taktik yang digunakan. Dalam penyajiannya, mungkin yang satu cenderung banyak diselingi dengan humor, karena memang ia mempunyai sense of humor yang tinggi. Sementara yang satunya kurang memiliki sense of humor, maka pembelajaran akan memperoleh hasil yang berbeda.[8]
Dengan demikian, maka salah satu faktor yang menyebabkan motivasi belajar siswa menurun adalah karena kesalahan guru dalam menyampaikan pelajarannya tidak menarik. Melalui kemampuan sense of humor yang dimiliki oleh guru maka motivasi belajar akan terdongkrak, dan tujuan pembelajaran dapat disampaikan dengan efektif.[9]


[1] Whisonant. The Effect of Humor on Cognitive Learning in a Computer Based Environment. A dissertation. 1998. Hlmn. 1
[2] Ibid. hlmn.  10
[3] Darmansyah. Op. Cit.  hlmn. 78
[4] Ronald I. Partin. Kiat Nyaman Mengajar di dalam Kelas Edisi 3. Jakarta:Indeks. 2012. Hlmn. 210
[5]  Rudiana. Genius Teaching 9 Karakter Guru Menyenangkan Berbasis Ramah Otak. Bandung : CV. Smile’s Indonesia Institute. 2012. Hlmn. 122-128
[6] Salman Rusydie. Tuntunan menjadi Guru Favorit. Jakarta : FlashBook. 2012.Hlmn. 22
[7] Deddy Mulyana. Op Cit. hlmn. 72
[8] Moh. Sholeh Hamid. Metode Edutainment. Jogjakarta : Diva Press. 2011.Hlmn. 23-24
[9] Iwan Rudi Setiawan. Sense of Humor Guru, Membangkitkan  Motivasi Belajar. Bogor : Karya Kita Offset. 2011. Hlmn. 12-13

Tidak ada komentar:

Posting Komentar