Jumat, 04 April 2014

Teori Motivasi

a.         Pengertian Motivasi
Imron dalam Eveline Siregar dan Hartini Nara menjelaskan, bahwa motivasi berasal dari bahasa Inggris, motivation, yang berarti pengalasan dan motivasi. Kata kerjanya adalah tomotivate yang berarti mendorong, menyebabkan, dan merangsang.

Menurut Echols, dalamEveline Siregar dan Hartini Nara, motif sendiri berarti alasan, sebab dan daya penggerak. Sedangkan menurut Suryabrata motif adalah keadaan dalam diri seseorang yang mendorong individu tersebut untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu guna mencapai tujuan yang diinginkan.[1]
Kata motif, diartikan sebagai daya upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Motif dapat dikatakan sebagai daya penggerak dari dalam dan di dalam subjek untuk melakukan aktifitas-aktifitas tertentu demi mencapai suatu tujuan. Bahkan motif dapat diartikan sebagai suatu kondisi intern (kesiapsiagaan). Berawal dari kata motif itu, maka motivasi dapat diartikan sebagai daya penggerak yang telah menjadi aktif. Motif menjadi aktif pada saat-saat tertentu, terutama bila kebutuhan untuk mencapai tujuan sangat dirasakan/mendesak.[2]
Cropley dalam Dimyati dan Mudjiono menyatakan bahwa motivasi juga dapat dijelaskan sebagai tujuan yang ingin dicapai melalui perilaku tertentu. Hampir senada, Winkels mengemukakan bahwa motif adalah adanya penggerak dalam diri seseorang untuk melakukan aktifitas-aktifitas tertentu demi mencapai suatu tujuan tertentu.[3]
Koeswara, Siagian, Schein, Biggs dan Telfer berpendapat motivasi dipandang sebagai dorongan mental yang menggerakkan dan mengarahkan perilaku manusia, termasuk perilaku belajar. Dalam motivasi terkandung adanya keinginan untuk mengaktifkan, menggerakkan, menyalurkan, dan mengarahkan sikap dan perilaku individu belajar.
Menurut Mc. Donald dalam Sardiman, motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya “feeling” dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan.[4]
Dari beberapa pendapat di atas, maka dapat peneliti disimpulkan bahwa motivasi adalah suatu dorongan yang berasal dari dalam diri maupun dari luar untuk melakukan sesuatu dengan penuh kesadaran demi mencapai tujuan atau untuk mencapai apa yang diinginkan.


b.      Jenis dan Sumber Motivasi
Motivasi, sebagai kekuatan mental individu, memiliki tingkat-tingkat. Motivasi tersebut dapat dibedakan menjadi dua, yaitu :[5]
1.       Motivasi Primer
Motivasi primer adalah motivasi yang didasarkan pada motif-motif dasar. Motif-motif dasar tersebut umumnya berasal dari segi biologis atau jasmani manusia.
2.       Motivasi Sekunder
Motivasi sekunder adalah motivasi yang dipelajari. Hal ini berbeda dengan motivasi primer.
Motivasi seseorang dapat bersumber dari dalam diri sendiri, yang dikenal sebagai motivasi internal, dan dari luar seseorang yang dikenal dengan motivasi eksternal.
Di samping itu, menurut Monks, Knoers dan Siti Rahayu, kita bisa membedakan motivasi intrinsik yang dikarenakan orang tersebut senang melakukannya. Motivasi memang mendorong terus, dan memberi energi pada tingkah laku.
Menurut Biggs dan Telfer, motivasi ekstrinsik adalah dorongan terhadap perilaku seseorang yang ada di luar perbuatan yang dilakukannya. Orang berbuat sesuatu karena dorongan dari luar seperti adanya hadiah dan menghindari hukuman.
 Mc. Dougall dan Freud menekankan pentingnya motivasi intrinsik. Skinner dan Bandura menekankan pentingnya motivasi ekstrinsik. Maslow dan Rogers menunjukkan bahwa kedua motivasi tersebut sama pentingnya.
       Menurut peneliti, motivasi intrinsik dan ekstrinsik memiliki peranan yang setara, sehingga keduanya perlu dimiliki oleh setiap peserta didik. Namun yang akan memunculkan motivasi lebih kuat adalah motivasi yang berasal dari dalam dirinya, karena dorongan tersebut berdasarkan pada kesadaran penuh individu tersebut.

c.       Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Motivasi
Dalam buku Belajar dan Pembelajaran, Ali Imron mengemukakan enam unsur atau faktor yang mempengaruhi motivasi dalam proses pembelajaran. Keenam faktor tersebut adalah sebagai berikut:[6]
1.   Cita-Cita atau Aspirasi Siswa
    Menurut Monks cita-cita akan memperkuat motivasi belajar intrinsik maupun ekstrisik. Sebab tercapainya suatu cita-cita akan mewujudkan aktualisasi diri.
2.   Kemampuan Siswa
Keinginan seorang anak perlu dibarengi dengan kemampuan atau kecakapan mencapainya. Secara ringkas dapat dikatakan bahwa kemampuan akan memperkuat motivasi anak untuk melaksanakan tugas-tugas perkembangan.
3.   Kondisi Siswa
Kondisi siswa yang meliputi kondisi jasmani dan rohani mempengaruhi motivasi belajar. Seorang siswa yang sedang sakit, lapar atau marah-marah akan mengganggu perhatian belajar. Sebaliknya seorang siswa yang sehat, kenyang, dan gembira akan mudah memusatkan perhatian. Dengan kata lain, kondisi jasmani dan rohani siswa berpengaruh pada motivasi belajar.
4.   Kondisi Lingkungan Siswa
Lingkungan siswa dapat  berupa keadaan alam, lingkungan tempat tinggal, pergaulan sebaya, dan kehidupan kemasyarakatan. Sebagai anggota masyarakat maka siswa dapat terpengaruh oleh lingkungan sekitar. Oleh Karena itu kondisi lingkungan sekolah yang sehat, kerukunan hidup, ketertiban pergaulan perlu dipertinggi mutunya. Dengan lingkungan yang aman, tenteram, tertib, dan indah, maka semangat dan motivasi belajar mudah diperkuat.
5.   Unsur-Unsur Dinamis dalam Belajar dan Pembelajaran
Siswa memiliki perasaan, perhatian, kemauan, ingatan, dan pikiran yang mengalami perubahan berkat pengalaman hidup. Pengalaman dengan teman sebayanya berpengaruh pada motivasi dan perilaku belajar. Lingkungan siswa yang berupa lingkungan alam, lingkungan tempat tinggal, dan pergaulan juga mengalami perubahan.


6.   Upaya Guru dalam Membelajarkan Siswa
Upaya guru membelajarkan siswa terjadi di sekolah dan di luar sekolah. Upaya pembelajaran di sekolah meliputi hal-hal berikut: (i) menyelenggarakan tata tertib di sekolah, (ii) membina disiplin belajar dalam tiap kesempatan seperti pemanfaatan waktu dan pemeliharaan fasilitas, (iii) membina belajar tertib pergaulan, dan (iv) membina belajar tertib lingkungan sekolah.
Di samping penyelenggaraan tertib yang umum tersebut, maka secara individual tiap guru menghadapi anak didiknya. Upaya pembelajaran tersebut meliputi (i) pemahaman tentang diri siswa dalam rangka kewajiban tertib belajar, (ii) pemanfaatan penguatan berupa hadiah, kritik, hukuman secara tepat guna, dan (iii) mendidik cinta belajar.


[1] Eveline Siregar dan Hartini Nara. Teori belajar dan pembelajaran. Bogor : Ghalia Indonesia. 2010.Hlmn. 49
[2] Sardiman A. M. Interaksi dan motivasi belajar mengajar. Jakarta : Rajagrafindo Persada.1986. Hlmn. 73
[3] Dimyati & Mudjiono. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : PT. Asdi Mahasatya. 2009. Hlmn.80
[4] Sardiman. Op. Cit.  hlmn. 73
[5] Dimyati & Mudjiono. Op. Cit. hlmn. 86-94
[6] Eveline. Op. Cit.  hlmn. 53

Tidak ada komentar:

Posting Komentar